Kamis, 26 September 2013

TA Musafri Akhirnya Gabung Persebaya 1927

Persebaya memiliki tambahan pemain saat melakoni tur Sumatera lawan PSLS Lhok Sumawe, Minggu (29/9/2023) dan Persiraja Nangro Aceh, Rabu (2/10/2013), seiring turunnya izin TA Musafri dari PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS).

"Kita bersyukur akhirnya Musafri sudah bisa diturunkan. Ini menjadi kekuatan kita bertambah untuk away ke Sumatera," sebut Surahman, Sekretaris Persebaya, Kamis (26/9/2013).
Surahman mengaku, Persebaya sudah berjuang sejak Agustus 2013 supaya LPIS bisa memberi rekomendasi Musafri bisa main di Bajul Ijo karena Musafri sendiri memang ingin bermain di tim yang kini dipoles Fabio Oliviera.

Rabu, 11 September 2013

Sempat Rusuh, Persebaya 1927 Kalah

Persebaya 1927 harus menelan kekalahan saat tandang ke Palangkaraya menghadapi tuan rumah Persepar, Rabu (11/9/2013) sore tadi. Andik Vermansyah dan kawan-kawan tumbang dengan skor tipis 2-3.

Persebaya langsung menguasai pertandingan sejak menit awal babak pertama. Hasilnya, pada menit kedelapan, Andik Vermansyah berhasil menggetarkan jala Persepar. Keunggulan 1-0 membuat Arek-arek Persebaya kian bernafsu untuk menyerang.

Berbagai peluang yang diperoleh Persebaya, selalu menemui jalan buntu. Skor 1-0 untuk Persebaya bertahan hingga turun minum.

Pada babak kedua, Persepar berhasil membalas lewat penyerang Emile Mbamba. Namun skor imbang tak bertahan lama setelah Han Jiho membuat anak asuh Fabio Oliviera kembali unggul dengan skor 2-1. Sayang keunggulan Persebaya harus ternodai setelah Persepar mendapat penalti.

Bola yang dieksekusi Mbamba sebenarnya dapat ditepis Dimas. Apes, bola muntah disambar salah satu pemain Persepar untuk kemudian dikonversi menjadi gol penyama. Gol kemenangan Persepar tercipta di menit ke-110 lewat penalti Antonio Teles.

Berdasarkan informasi yang diterima beritajatim.com, pertandingan berlangsung panas. Bahkan pada menit ke-75 laga harus terhenti karena pemain kedua kubu terlibat cekcok. Puncaknya ketika bek Persebaya, Nur Fasta mendapat kartu merah dari wasit.

Fabio: Persebaya Dikerjai di Palangkaraya

Pelatih Persebaya, Fabio Oliviera mengaku kecewa dengan wasit yang memimpin pertandingan Persepar Palangkaraya kontra timnya, Rabu (11/9/2013) sore tadi. Fabio juga menyebut offisial Persepar mengintimidasi offisial Persebaya.

"Kita dikerjai habis-habisan disini. Kita dipukul oleh offisial tuan rumah. Kita juga dikerjai oleh wasit," aku Fabio ketika dihubungi beritajatim.com, Rabu malam.

Indisiden pemukulan offisial tuan rumah kepada offisial Persebaya terjadi ketika wasit menghentikan pertandingan saat babak kedua baru berjalan 30 menit. "Waktu itu ada keributan di lapangan. Biasa. Salah paham antar pemain. Lalu pertandingan dihentikan. Tiba-tiba panitia memukul kita," urai Fabio.

Pelatih asal Brasil ini lantas mengungkapkan bahwa manajer Persebaya, Saleh Hanifah menjadi korban atas insiden itu. Hanya saja Fabio tak menjelaskan separah apa kondisi Saleh.

Tak hanya diintimasi, menurut Fabio, Persebaya dikerjai habis-habisan oleh wasit. Dua penalti untuk Persepar menjadi bukti bagaimana ketidakberesan kepemimpinan wasit. "Pertandingan harusnya berakhir 2-2. Tapi hingga lapangan sampai gelap, wasit tidak mau akhiri pertandingan," ceritanya.

"Lalu, pada menit ke-110 ada pemain Persepar yang melakukan diving. Wasit lalu berikan penalti kedua untuk tuan rumah. Setelah Teles menendang dan gol, pertandingan selesai," tutup Fabio.

Jumat, 06 September 2013

Gaet sponsor, bukti Persebaya punya nilai jual

Ada pemandangan menarik dalam jersey Persebaya Surabaya di putaran kedua Indonesian Premier League (IPL) ini. Ya, pada bagian dada jersey mereka terpampang logo sponsor, yakni PT Pelindo (Pelabuhan Indonesia) III.

Adanya logo sponsor di dada jersey skuat Green Force ini hampir tak pernah terjadi dalam satu setengah musim terakhir ini. Memang logo sponsor di jersey Persebaya pernah terpampang sekali. Namun itu pun hanya untuk laga persahabatan menjamu Queen Park Rangers lalu saja.

Dikonfirmasi mengenai hal ini, CEO PT Pengelola Persebaya Indonesia, Cholid Ghoromoah enggan disebut hal itu karena keberhasilan manajemen yang dipimpinnya. Meskipun, pihaknya sebelum ini berhasil menggaet Kompas TV sebagai stasiun TV pemegang hak siar laga kandang Persebaya.

Menurut Cholid, didapatkannya sponsor itu tak lepas karena klub kebanggaan Arek-Arek Suroboyo itu masih memiliki nilai jual di mata perusahaan yang ingin menjadi sponsor. "Ini bukti Persebaya masih punya nilai jual. Kami optimistis, masih ada perusahaan dan sponsor lain yang ingin membantu Persebaya," tegasnya.

CEO yang mengaku hanya sebagai Plt (pelaksana tugas) ini tak mau menjelaskan berapa besar kucuran dana PT Pelindo III. Namun dari beberapa sumber yang didapatkan Bola.net, besar kucuran dana dari PT Pelindo III tak sampai menyentuh angka RP 1 M.

"Jumlahnya memang tidak banyak, tapi paling tidak bisa membantu kami untuk membayar tunggakan gaji pemain selama bulan ini (Agustus)," tandas Cholid.

Jumat, 12 April 2013

Perkembangan sepak bola di indonesia

Sejarah Sepakbola Indonesia

Di akhir tahun 1920, pertandingan voetbal atau sepak bola sering kali digelar untuk meramaikan pasar malam. Pertandingan dilaksanakan sore hari. Sebenarnya selain sepak bola, bangsa Eropa termasuk Belanda juga memperkenalkan olahraga lain, seperti kasti, bola tangan, renang, tenis, dan hoki. Hanya, semua jenis olahraga itu hanya terbatas untuk kalangan Eropa, Belanda, dan Indo. Alhasil sepak bola paling disukai karena tidak memerlukan tempat khusus dan pribumi boleh memainkannya.

Pemain sepakbola asli Indonesia (pribumi)

Lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi di mana orang Belanda sering menggelar pertandingan panca lomba (vijfkam) dan tienkam (dasa lomba). Khusus untuk sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling sering bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan sepak bola. Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub besar. Tak hanya serdadu militer, tapi juga warga Belanda, Eropa, dan Indo membuat bond-bond serupa.
Lambang Tim Persija, klub sepakbola pribumi pertama di Indonesia

Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai tahun 1929, NIVU sering mengadakan pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak ketinggalan sebagai ajang judi. Bond China menggunakan nama antara lain Tiong un Tong, Donar, dan UMS. Adapun bond pribumi biasanya mengambil nama wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong, atau Si Sawo Mateng.
Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan di Jalan Biak, Roxy, Jakpus.
Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) -yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936- milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia.
Lambang PSSI

Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan Bond NIVB, G Rehatta dan de Wolf, mulai menemui senja berganti bintang lapangan bond China dan pribumi, seperti Maladi, Sumadi, dan Ernst Mangindaan. Pada 1933, VIJ keluar sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke-3.
Pada 1938 Indonesia lolos ke Piala Dunia. Pengiriman kesebelasan Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang telah berdiri pada bulan April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain PSSI yang dikirimkan. Namun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.
Pada masa Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi bentukan pemerintahan militer Jepang. Di masa ini, Taiso, sejenis senam, menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga permainan kembali semarak.
Tahun 1948, pesta olahraga bernama PON (Pekan Olahraga Nasional) diadakan pertama kali di Solo. Di kala itu saja, sudah 12 cabang olahraga yang dipertandingkan. Sejalan dengan olahraga permainan, khususnya sepak bola, yang makin populer di masyarakat, maka kebutuhan akan berbagai kelengkapan olahraga pun meningkat. Di tahun 1960-1970-an, pemuda Jakarta mengenal toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di Pasar Baru juga menyediakan peralatan sepakbola.
Pengaruh Belanda dalam dunia sepak bola di Indonesia adalah adanya istilah henbal, trekbal (bola kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola), dan tendangan 12 pas. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam bola Inggris dimulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah persepakbolaan Inggris. Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo di beberapa klub Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS; Van den Berg, Hercules, Niezen, dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun 1960-an.
Berdirinya PSSI
PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum, selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih – benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada” yang berpusat di Yogyakarta. Disana ia merupakan satu – satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari “Sizten en Lausada” ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
Untuk melaksanakan cita – citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh – tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung . Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian ketika diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri – ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain – lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil – wakil dari VIJ (Sjamsoedin – mahasiswa RHS); wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB), Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) E.A Mangindaan (saat itu masih menjadi siswa HKS/Sekolah Guru, juga Kapten Kes.IVBM) Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) nama PSSI ini diubah dalam kongres PSSI di Solo 1950 menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin sebagai Ketua Umum PSSI.
Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dkk segera menyusun program yang pada dasarnya “menentang” berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program” yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” dimulai pada tahun 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI , kemudian menggugah Susuhunan Paku Buwono X, setelah kenyataan semakin banyaknya rakyat pesepakbola di jalan – jalan atau tempat – tempat dan di alun – alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar.
Lebih jauh Soeratin mendorong pula pembentukan badan olahraga nasional, agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh melawan dominasi Belanda. Tahun 1938 berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo.
Karena kekuatan dan kesatuan PSSI yang kian lama kian bertambah akhirnya NIVB pada tahun 1936 berubah menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan mulailah dirintis kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap awal NIVU mendatangkan tim dari Austria “Winner Sport Club “ pada tahun 1936.
Pada tahun 1938 atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938, namun para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU walaupun terdapat 9 orang pemain pribumi / Tionghoa. Hal tersebut sebagai aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu sesuai dengan perjanjian kerjasama antara mereka, yakni perjanjian kerjasama yang disebut “Gentelemen’s Agreement” yang ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Jogyakarta. Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak Perjanjian dengan NIVU tersebut.
Soeratin mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942, setelah sempat menjadi ketua kehormatan antara tahun 1940 – 1941, dan terpilih kembali di tahun 1942.
Masuknya balatentara Jepang ke Indonesia menyebabkan PSSI pasif dalam berkompetisi, karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, yakni badan keolahragaan bikinan Jepang, kemudian masuk pula menjadi bagian dari Gelora (1944) dan baru lepas otonom kembali dalam kongres PORI III di Yogyakarta (1949).
Perkembangan PSSI
Pasca Soeratin ajang sepakbola nasional ini terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia ini mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang dapat diterima di semua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.
Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetisi nasional kita telah tertinggal. Padahal di era sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing di tingkat internasional sebut saja era Ramang dan Tan Liong Houw, kemudian era Sucipto Suntoro dan belakangan era Ronny Pattinasarani.
Dalam perkembangannya PSSI sekarang ini telah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri ini terdiri dari :
• Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
• Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
• Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
• Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir.
• Kelompok umur yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain:
• Dibawah usia 15 tahun (U-15)
• Dibawah usia 17 tahun (U-170
• Dibawah Usia 19 tahun (U-19)
• Dibawah usia 23 tahun (U-23)
• Sepakbola Wanita
• Futsal.
PSSI pun mewadahi pertandingan – pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang mendapat izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan pekan Olah Raga Nasional (PON). Pertandingan – pertandingan lainnya yang mengikutsertakan peserta dari luar negeri atau atas undangan dari luar negeri dengan ijin PSSI.
Kepengurusan PSSI pun telah sampai ke pengurusan di tingkat daerah – daerah di seluruh Indonesia . Hal ini membuat Sepakbola semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat.
Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat congress FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi anggota FIFA, selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952, bahkan menjadi pelopor pula pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zaman kepengurusan Kardono, sehingga Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya Ketua Kehormatan.
Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Berarti PSSI adalah satu – satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.
PSSI di masa kepemimpinan Nurdin Halid memiliki beberapa hal yang dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, dan reaksi berlebihan atas diselenggarakannya Liga Primer Indonesia
Ketua PSSI
Ketua PSSI – Djohar Arifin

1930 – 1940 Soeratin Sosrosoegondo
1941 – 1949 Artono Martosoewignyo
1950 – 1959 Maladi
1960 – 1964 Abdul Wahab Djojohadikoesoemo
1964 – 1967 Maulwi Saelan
1967 – 1974 Kosasih Poerwanegara
1975 – 1977 Bardosono
1977 – 1977 Moehono
1977 – 1981 Ali Sadikin
1982 – 1983 Sjarnoebi Said
1983 – 1991 Kardono
1991 – 1999 Azwar Anas
1999 – 2003 Agum Gumelar
2003 – 1 April 2011 Nurdin Halid
1 April 2011 – 9 Juli 2011 Agum Gumelar (Ketua Komite Normalisasi PSSI)
9 Juli 2011 – Petahana (Masa Habis 2015) Djohar Arifin Husin

Bacaan Bilal Shalat Jum'at

tيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ . رُوِيَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: اِنَّ يَوْمَ الْجُمْعَةِ سَيِّدُ الأَيَّامِ وَحِجُّ الْفُقَرَاءِ وَعِيْدُ الْمَسَاكِيْنَ. وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَ صَعِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ فَلاَ يَتَكَلَّمَنْ اَحَدَكُمْ وَمَنْ يَتَكَلَّمْ فَقَدْ لَغَا وَمَنْ لَغَا فَلاَ جُمْعَةَ لَهُ. اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ . (x٢) . اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ قَوِّ الإِسْلاَم وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى مُعَانِدِى الدِّيْنِ رَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.

Minggu, 18 November 2012

Kronologis Sejarah Di awal Kelahiran Republik Indonesia 1945 - 1949

Republik Indonesia tidak lahir atas hadiah dengan karpet merah oleh Pemerintah Kerajaan Belanda ataupun Sekutu. Tetapi berkat perjuangan rakyat Indonesia yang disertai dengan pengorbanan jiwa, harta dan air mata. Betapa hinanya mereka yang menodai cita2 kemerdekaan bangsa Indonesia dengan korupsi, tindakan2 kekerasan dan perp
ecahan yang bertentengan dengan UUD 45 dan Panca Sila.

Dibawah ini catatan sejarah selagi RI masih balita yang terus dilanda teror dan serangan militer baik oleh Sekutu maupun Belanda yang tidak rela Indonesia lepas dari genggamannya.

Kronologis Sejarah Republik Indonesia 1945 - 1949
Dicatat oleh Syahrir Imaluddin

17 Agustus 1945 jam 10:00. Pembacaan Proklamasi oleh Bung Karno dijalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
18 Agustus 1945. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk pada 7 Agustus 1945, menetapkan bahwa:1. Mengesahkan UUD 45 sebagai UUD RI.. 2. Memilih Ir Soekarno dan Drs Mohd. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. 3. Sebelum MPR terbentuk, presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional.
22 Agustus 1945, PPKI membentuk: 1. Komite Nasional 2. Partai Nasional Indonesia. 3. Badan Keamanan Rakyat.
29 Agustus 1945, Pelantikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan ketua Mr Kasman Singodimejo.
31 Agustus 1945, Pemerintah menetapkan pekik perjuangan yang mulai berlaku 1 Sepetember 1945 yaitu pekik: “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”.
2 Sepetember 1945, Pelantikan Kabinet Pertama Republik Indonesia dan 8 orang Gubernur, di jalan Peganggsaan Timur 56, Jakarta.
5 Sepetember 1945, Sultan Hamengkubuwono IX, menyatakan bahwa “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia.
8 September 1945, Misi Sekutu yang pertama diterjunkan di lapangan terbang Kemayoran.
16 September 1945, Laksamana Muda WR Patterson, Wakil Panglima SEAC, mendarat di Tanjung Priok.
10 September 1945, Pengumuman Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Djawa menyatakan Pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu dan tidak kepada pihak Indonesia.
19 September 1945, Di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya terjadi insiden bendera, Karena beberapa orang Belanda menaikkan bendera merah putih biru di hotel tersebut yang menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Rakyat merebut dan merobek bagian birunya menjadi hanya bendera Sang Saka Merah Putih tercinta.
19 September 1945, Rapat Raksasa di-Lapangan Ikada, Jakarta untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan.
29 September 1945. Pendaratan Tentara Sekutu (AFNEI- Allied Forces Netherlands East Indies) yang terdiri dari 3 divisi di Jakarta.
2 Oktober 1945, Markas Besar Tentara Jepang di Surabaya menyerah kepada rakyat.
5 Oktober 1945, Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
7 Oktober 1945, Tentara Jepang di Yogyakarta menyerah.
15 Oktober 1945. Sekitar 30 km dari Semarang, 400 orang veteran AL Jepang dan 2000 orang dari batalion Jepang Kidobutai bersenjata lengkap memberontak dan bertempuir dengan rakyat dan TKR selama 5 hari. Sekitar 2000 rakyat Indonesia dan 100 orang Jepang tewas dalam pertempuran ini.
25 Oktober 1945. Pertemuan pertama Presiden Soekarno dengan pimpinan tentara Sekutu yaitu Panglima AFNEI, Letnan Jenderal Sir Philip Christison .
28 Oktober 1945. Pos-pos tentara Sekutu di seluruh kota Surabaya, diserang oleh rakyat Indonesia.
10 November 1945. Pertempuran Surabaya pecah. Gugur beribu-ribu pejuang Indonesia.
14 November 1945. Pembentukan Kabinet Kedua RI (Kabinet Syahrir).
17 November 1945. Pertemuan pertama antara RI, Belanda dan Sekutu.
21 November 1945. Pertempuran Ambarawa. TKR melawan Sekutu. Bantuan rakyat mengalir dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwekerto, Magelang, Semarang dan lain lain.
12 Desember 1945. Pasukan Indonesia berhasil menghalau tentara Inggeris dari Ambarawa dan mereka mundur ke Semarang.

18 Desember 1945. Pengangkatan Kolonel Soedirman menjadi Jenderal Panglima Besar TKR.
19 Desember 1945. Daerah Karawang Bekasi digempur dari darat dan udara oleh tentara Sekutu.
4 Januari 1946. Presiden dan Wakil Presiden Pindah Ke Yogya. Di akhir 1945 keamanan kota Jakarta semakin memburuk. Tentara Belanda kian meraja lela. Pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada 30 Desmber 1945 menambah gentingnya keadaan. Karena situasi yang terus memburuk di Jakarta, presiden dan wapres pindah ke Yogyakarta dan ibukota pindah ke Yogya. PM Syahrir sementara tetap di Jakarta.
10 Februari 1946. Permulaan Perundingan- perundingan Indonesia – Belanda atas desakan pihak Inggeris (Lord Killearn) pada Belanda.
23 Maret 1946. Bandung Lautan Api. Kota Bandung Selatan dibakar oleh TRI setelah dengan berat hati mematuhi perintah Pemerintah RI untuk mengosongkan kota ini karena diultimatum oleh tentara Sekutu. Selain kota Bandung, di Jawa Barat terjadi pertempuran-pertempuran antara TRI melawan Sekutu dan NICA (Netherland Indies Civil Administration)
28 April 1946 Penyerahan Tawanan Jepang kepada Sekutu.
15 Juli 1946. Konferensi Malino. Disebuah kota kecil di Sulawesi Selatan atas prakarsa Dr van Mook, wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
20 September 1946. Perundingan Gencatan Senjata antara RI, Sekutu dan Belanda. Indonesia Maj Jen Soedibyo, Kolonel Simbolon, Letkol Abdullah Kartawirana; Sekutu May Jen JFR Forman dan Brig Jen Lauder; Belanda, May Jen DH Buurman van Vreeden. Perundingan di Jakarta selama 10 hari hingga 30 September 1946, tetapi tidak membawa hasil
7 Oktober 1946. Perundingan Indonesia – Belanda. Perundingan antara delegasi Indonesia dipimpin oleh PM Sutan Syahrir dan Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn di kediaman Konsul Jenderal Inggeris di Jakarta.
10 November 1946. Perundingan Linggajati. Dekat Cirebon. Antara Pemerintah RI dengan Komisi Umum Belanda dipimpin oleh Lord Killearn
29 November 1946. Pertempuran Margarana , sebelah Utara Tabanan Bali. Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai gugur bersama anak buahnya.
18 Desember 1946. Konferensi Denpasar. Berdirinya Negara Indonesia Timur bentukan Dr. Van Mook.
1 Januari 1947. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang.
5 Januari 1947. Pertempuran Laut di Teluk Cirebon. Tenggelamnya KRI Gajah Mada.
25 Maret 1947. Penandatanganan Persetujuan Linggajati di Istana Rijswijk, sekarang Istana Negara.
4 Mei 1947. Proklamasi “Negara Pasundan” oleh Soeria Kartalegawa. Praktek politik memecah belah oleh Belanda.
9 Mei 1947. Pembentukan Dewan Federal Borneo Tenggara dan Daerah Istimewa Borneo Barat.
3 Juni 1947. Penetapan Presiden berdirinya Tentara Nasional Indonesia.
21 Juli 1947. Agresi Militer Belanda Pertama. (Dulu di Sekolah Rakyat tahun 50an diajarkan bahwa ini adalah Aksi Polisionil Belanda, seolah-olah penertiban oleh pemerintah Kerajaan Belanda pada pihak Indonesia yang mestinya sudah berdaulat dan merdeka).
27 Oktober 1947. Komisi Tiga Negara (KTN). Australia, Belgia dan Amerika Serikat untuk menengahi sengketa RI dan Belanda. Australia dipilih oleh Indonesia; Belgia oleh Belanda; Belgia dan Australia memilih Amerika Serikat.
8 Desember 1947. Perundingan Renville. RI dan Belanda diatas kapal perang USS Renville yang berlabuh diteluk Jakarta.
13 Januari 1948. Perundingan Kaliurang. Selama perundingan Renville, delegasi Indonesia selalu berkonsultasi dengan pemerintah pusat di Yogyakarta. Untuk membicarakan daerah kekuasaan RI, bertempat di Kaliurang diadakan perundingan antara KTN dan Republik Indonesia.

17 Januari 1948. Penanda Tanganan Perjanjian Renville dan perintah penghentian tembak menembak pada 19 Januari 1948.
23 Januari 1948. Pembentukan Negara Madura. Hasil politik memecah belah oleh Belanda.
16 Februari 1948. Konferensi pembentukan “Negara Jawa Barat” (Pasundan).
24 Maret 1948. Pembentukan “Negara Sumatera Timur”.
29 Mei 1948. Konferensi Federal Bandung.
18 September 1948. Pemberontakan PKI di Madiun.
16 November 1948. Pembentukan “Negara Jawa Timur”.
19 Desember 1948. Agresi Militer Belanda Kedua. Pukul 06:00 pagi, agresi militer kedua dilancarkan Belanda. Dengan pasukan lintas udara, serangan langsung ditujukan ke ibu kota RI, Yogyakarta. Lapangan terbang Maguwo dikuasai Belanda dan selanjutnya seluruh kota Yogyakarta.

Presiden, Wapres, dan beberapa pejabat tinggi lainnya ditawan Belanda. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat dan Wapres Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka.

Mr Syafruddin Prawiranegara diserahi tugas membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera.

19 Desember 1948. Long March Divisi Siliwangi yang berada di Jawa Tengah, kembali ke Jawa Barat.
24 Desember 1948. Long March Siliwangi diserang oleh tentara Belanda di Kebumen.
1 Maret 1949. Serangan Umum terhadap kota Yogya yang dikuasai Belanda.
7 Mei 1949. Persetujuan Roem Royen. Antara RI dipimpin oleh Mr Mohd Roem dan Belanda dketuai oleh Dr. van Royen.
29 Juni 1949. TNI masuk kota Yogya.
6 Juli 1949. Presiden dan Wapres kembali ke Yogyakarta. Setelah Yogyakarta dikosongkan dari tentara Belanda dan TNI sepenuhnya menguasai kota ini, maka Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta kembali ke Yogyakarta dari Bangka.
10 Juli 1949. Panglima Besar Soedirman kembali ke Yogyakarta.
13 Juli 1949. Pemerintahan Darurat RI di Sumatera Mengembalikan Mandat kepada Pemerintah Pusat di Yogyakarta.
19- 22 Juli 1949. Konferensi Inter – Indonesia di Yogyakarta.
23 Agustus 1949. Konferensi Meja Bundar di Den Hag, Belanda..
14 November 1949. di Solo diadakan serah terima kekuasan militer Belanda kepada Letkol Slamet Rijadi selaku wakil TNI.
14 Desember 1949. Piagam Penandatanganan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS).
15 Desember 1949. Pemilihan Presiden RIS.
17 Desember 1949. Pelantikan Ir Soekarno sebagai Presiden RIS.
27 Desember 1949. Mr Asaat sebagai Ketua KNIP diangkat oleh Presiden RIS Ir Soekarno sebagai Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia.
27 Desember 1949. Upacara Penandatangan Naskah Pengakuan Kedaulatan dilakukan serentak pada waktu yang bersamaan yaitu di Yogyakarta, Indonesia oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Pemerintah Kerajaan Belanda. Di Belanda, di ruang takhta Kerajaan Belanda, Ratu Juliana, PM Dr Willem Drees, dan Ketua Delegasi Indonesia Drs Mohd. Hatta.
28 Desember 1949. Presiden Soekarno kembali ke Jakarta.