Minggu, 11 Maret 2012

Usut Tewasnya 4 Bonek, Persebaya Bentuk Tim Pencari Fakta

Empat suporter Persebaya (Bonek) tewas dan delapan lainnya cedera serius dalam perjalanan untuk menyaksikan laga tim kesayangannya di Bojonegoro, Jumat (9/3) malam.
Persebaya langsung membentuk tim pencari fakta (TPF) untuk memastikan insiden yang terjadi saat rombongan Bonek yang menumpang kereta api itu sedang melintas di Kabupaten Lamongan.
Menurut Juru Bicara Persebaya Ram Surahman, informasi versi polisi menyebutkan, tiga dari empat korban murni tewas karena kecelakaan. Tapi versi Bonek, mereka dilempari dengan batu dan bom molotov dari warga sekitar. "Kita ingin polisi adil, sama seperti saat mereka menangkap sejumlah Bonek ketika ada dua suporter Lamongan yang tewas tahun lalu," ujarnya di Surabaya, Minggu (11/3).
Empat korban tewas di antaranya adalah Miftahul Huda (14), Sudarmaji (26) asal Rungkut Kidul Gang II, Wahyu Hendra Cahyono (16) warga Simo Gunung Kramat Gang II, dan seorang pria berusia sekitar 25 tahun yang belum dikenali.
Sementara itu, korban yang hingga Minggu kemarin masih harus menjalani perawatan di RS Bojonegoro karena luka serius adalah Ahmad Mudofar (17) warga Tambak Baru, Surabaya, Firman (23) warga Demak, Surabaya, Kukuh Aji (18) warga Krembangan, Surabaya, Arif Kurniawan (21) warga Simokerto, Aji Safari (15) warga Dupak Jaya, Wiwid (15) warga Bandarejo Benowo, Yoga (13) warga Semampir, Ahmad Mudori (17) warga Tambak Gringsing, Ilyas (18) warga Kemayoran Baru, dan Alan (16) warga Ngagel Rejo.
Sejauh ini, memang ada perseteruan abadi antara Bonek dan LA Mania (pendukung Persela Lamongan). Bahkan menurut Ram, sudah ada 9 Bonek yang tewas di Lamongan dalam tiga tahun terakhir, baik karena kecelakaan maupun kekerasan. Sedangkan di kubu LA Mania, ada dua orang yang tewas karena dikeroyok Bonek tahun lalu.
Dalam kasus terakhir, 3 dari 4 korban itu tewas, menurut versi polisi, karena tersangkut kabel dan palang saat menumpang kereta di Stasiun Babat, Lamongan, Jumat malam lalu. Kedua kubu terlibat aksi saling serang menggunakan batu. "Ada bukti laporan dari Polsek tentang kerusakan rumah dan mushala karena terkena lemparan batu," ujar Wakapolres Lamongan, Kompol Toni Sugiyanto.
Hingga kemarin, satu per satu para Bonek korban yang tewas itu dimakamkan. Jenazah Wahyu Hendra Cahyono dimakamkan pihak keluarga di Makam Islam Simo Kalangan, Surabaya, Minggu pagi kemarin, diiringi pelayat umum dan para Bonek sambil membawa berbagai atribut kebanggaan mereka. "Saya sudah melarang dia nonton bola, tapi dia bilang ini nonton bola yang terakhir," ujar Ninik, ibunda korban.
Ninik mengaku tidak paham bahwa ucapan itu merupakan firasat yang disampaikan anak kesayangannya. "Saya pasrah, barangkali ini takdir Tuhan," ujarnya saat menghadiri pemakaman anaknya.
Sebelumnya, jasad Miftahul Huda juga dimakamkan di Pemakaman Umum Mbah Ratu, Surabaya. Menurut ayah korban, Suriyono, pihak keluarga kaget dan tidak percaya saat pertama kali ditelepon rumah sakit di Bojonegoro tentang kondisi anaknya. "Dia pamitnya mau ikut Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) di Gresik. Berangkatnya juga pakai seragam pramuka," ujarnya sedih.
Menurutnya, anaknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP Kawung itu memang suka sepak bola dan membanggakan Persebaya. Pihaknya mengaku miris saat mendengar cerita dari teman-teman korban, ketika anaknya dan rombongan yang lain berusaha melindungi diri dengan cara bertelungkup di atas kereta, saat dilempari dengan batu dan mercon dari sisi kanan-kiri kereta. Korban diketahui dalam kondisi pingsan dengan luka parah di kepala, setelah kereta tiba di Bojonegoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar