Persebaya terancam gagal menggunakan lagi Gelora Bung Tomo (GBT) dalam lanjutan kompetisi Indonesia Super League (IPL). Pasalnya dalam uji coba melawan Timnas jumat (24/2) malam, panitia pelaksana pertandingan gagal mengamankan stadion termegah di Jawa Timur itu. Tiga pintu masuk stadion GBT jebol membuat suporter Persebaya bisa masuk tanpa karcis. Manajemen pun tampaknya kapok menggunakan stadion tersebut.
Berdasarkan data dari panpel pertandingan serta penelurusan di lapangan, tiga pintu masuk dirusak menjelang kick off babak
pertama dimulai, tepatnya pintu 17, 18 dan 19. Mau tidak mau Panpel
Persebaya harus ganti rugi akibat kerusakan tersebut. Padahal sedari
awal, panpel dan manajemen sudah menghimbau agar Bonek yang hadir di GBT
tidak melakukan hal-hal yang merugikan Persebaya.
Peristiwa
itu mendapat kecaman keras dari Direktur PT Pengelola Persebaya, Dityo
Pramono. Ia mengatakan pihaknya tidak memikirkan apakah dalam kompetisi
IPL Persebaya akan menggunakan stadion GBT lagi dan bukan masalah
Walikota menginzinkan atau tidak. Tapi, dalam laga persahabatan saja
seperti itu, bagaimana kondisinya kalau dalam kompetisi sesungguhnya.
“Sekarang kami tidak memikirkan apakah melawan Arema nanti akan digelar
di GBT. Jika Stadion Gelora 10 Nopember lebih bagus dari segala aspek,
lebih baik kita memakai di sana saja,” kata.
Ia
menyayangkan tindakan suporter Persebaya atau yang biasa disebut Bonek
yang tidak mampu menjaga nama baik tim kebanggaannya. Jika seperti ini,
lanjutnya, susah bagi tim Persebaya untuk bisa maju. Bagaimana pun juga
suporter sangat menjadi bagian penting dalam sebuah tim, karena yang
menajadi pendapan rutin tim adalah uang dari penjualan tiket. “Kawan-
kawan kami (Bonek) belum bisa menjadi superter yang baik bagi Persebaya.
Jika memang mengaku suporter, mereka harus mensuport, kalau bisa
memberi untuk tim kesayangannya, bukan malah merugikan,” tambah Dityo.
Untuk
itu, apakah lawan Arema nanti akan digelar di GBT atau tidak, manajemen
masih akan mengevaluasi. Masalah lain adalah jalan akses menuju
stadion, kelengkapan fasilitas stadion juga belum memenuhi syarat. Dari
pantauan dilapangan sebelum atau setelah pertandingan, jalan menuju
stadion sangat macetakibat sangat sempit untuk dilalui ribuan Bonek. Hal
itu juga mengganggu keluar masuknya kendaraan rombongan pemain.
Sementara
fasilitas di dalam stadion masih belum lengkap, papan skor elektrik
belum terpasang, toilet masih belum terpasang air. “Kami masih
memikirkan segalanya, baik keamanan, kenyamanan, kemudahan, pokoknya
semuanya,” jelasnya.
Sementara dari segi
pendapatan, masih lebih bagus di Gelora 10 Nopember (G10N). Dari 30
tiket yang disediakan Panpel, yang terjual hanya sekitar 22 ribu,
sementara di stadion G10N bisa mencapai 23 ribu. Padahal, lanjut Dityo,
sewa GBT sangat mahal dibanding G10N. Hal itulah yang juga masih
meragukan manajemen Persebaya untuk menggunakan GBT lagi. “Sewa di sini
(GBT) mahal, kalau pendapatan sedikit itu berarti tidak maksimal untuk
pendapatan tim,” terangnya.
Hal senada juga
diungkapkan Ketua Panpel, Sutrisno, akibat kerusakan tiga pintu itu, mau
tidak mau pihaknya harus ganti rugi. Berdasarkan data dari panpel,
jumlah penonton yang hadir di GBT sebanyak 35 ribu orang. "Tapi menurut
data kita, dari 32 ribu tiket yang kita jual, yang laku hanya 22 ribu.
Jadi bisa dihitung sendiri, berapa penonton yang masuk tanpa tiket dan
menjebol pintu stadion," lanjut pria paruh baya ini.
Dari
22 ribu tiket yang terjual, panpel meraup kurang lebih Rp 447 juta.
"Tapi itu masih pendapatan kotor. Belum dipotong pajak. Selain itu kita
harus menanggung ganti rugi pintu stadion yang rusak,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar