Jumat, 16 Maret 2012

Polisi Ancam Tangkap Bonek Bila Tetap Teror Pedagang asal Lamongan

Bonek diminta tidak melakukan aksi balas dendam. Bila bonek nekat kembali melakukan sweeping pedagang kaki lima asal Lamongan di Surabaya, polisi akan menangkap dan memprosesnya secara hukum.

Ultimatum itu disampaikan Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto saat pertemuan dengan sejumlah dedengkot bonek di Mapolrestabes Surabaya, Jumat (16/3/2012).

Tri mengingatkan agar aksi sweeping yang disertai pengerusakan spanduk warung milik pedagang makanan tidak lagi terulang di wilayah Kota Pahlawan.

"Kalau terjadi lagi, akan saya tangkap. Yang semula kawan akan saya anggap lawan karena melanggar pidana," tandas Tri.

Tri menceritakan, buntut aksi sweeping pada Selasa (13/3/2012) malam lalu, dirinya langsung dihubungi Bupati dan Kapolres Lamongan. Bahkan Kapolda Jatim juga ikut meminta penjelasan. Bahkan Kapolda Irjen Pol Hadiatmoko memberikan peringatan keras dengan ungkapan'aku atau kamu yang bicara ke bonek'.

"Hilangkan persepsi jelek tentang bonek. Persepsi adalah hal yang utama, kalau persepsinya jelek, semuanya akan jelek," tambah Tri.

Andi, salah satu perwakilan bonek, mengatakan bahwa peristiwa sweeping tersebut terjadi sebagai aksi spontan ketidakpuasan bonek terhadap hasil kesimpulan penyelidikan polisi yang memvonis penyebab tewasnya bonek adalah karena murni kecelakaan.

"Kami tidak tahu pelakunya karena itu dilakukan spontan oleh bonek kalangan arus bawah," kata Andi.

Andi yang juga menjadi ketua Tim Pencari Fakta (TPF) dari Asosiasi Suporter Surabaya mengatakan bahwa tewasnya bonek di Lamongan bukanlah murni karena kecelakaan.

Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh timnya, korban Abdul Farid dan Saimul Fadli memang tewas karena kecelakaan. Tetapi korban Sudarmaji, Miftahul Huda dan Wahyu Indra kata Andi tewas diakibatkan lemparan batu.

"Malam itu ada dua kereta barang yang berangkat. Satu jam 20.00 WIB satu lagi jam 22.00 WIB. Huda menumpang kereta pertama dan 4 korban lainnya naik kereta kedua," tambah Andi.

Fakta itulah, kata Andi, yang diabaikan polisi. Polisi hanya berkesimpulan jika bonek tewas karena murni kecelakaan. Andi meminta agar polisi segera melakukan penyelidikan yang objektif.

Siti Nasyiah, salah satu dedengkot bonek wanita (bonita) mengatakan bahwa kesimpulan penyebab tewasnya bonek yang dirilis Polda Jatim sangat menyakitkan hati para bonek.

"Kesimpulan itu sangat menyakitkan hati kami. Karena apa yang kami temukan di lapangan tidaklah seperti itu," ujar Siti Nasyiah yang dikenal dekat dengan Saleh Ismail Mukadar ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar