Puluhan suporter Persebaya 1927 (bonek) menggelar aksi prihatin atas
meninggalnya Purwo Adi Utomo karena terinjak suporter yang menghindari
tembakan gas air dari polisi.
Selain itu, mereka juga mengecam
tindakan arogan dan represif dari aparat kepolisian yang menembakkan gas
air mata, hingga terjadi kericuhan.
"Kita mengecam tindakan
represif aparat terhadap masyarakat sipil," kata humas aksi, Yudho, di
sela-sela aksinya di depan patung Gubernur Suryo, Jalan Gubernur Suryo,
Selasa (5/6/2012).
Ia menegaskan, para suporter juga warga negara
Indonesia (WNI) yang memiliki identitas kartu tanda penduduk (KTP).
Namun, menyayangkan sikap kepolisian yang arogan dan represif. Padahal,
para suporter turun ke bibir lapangan, hanya untuk mencabut spanduk
dukungannya ke Persebaya yang dipasang di pagar pembatas.
"Kami
mengutuk tindakan polisi yang berlebihan. Stadion exitnya kecil,
sedangkan massa dari dalam stadion jumlahnya banyak," ujarnya.
Selain
mengecam aksi represif aparat kepolisian, puluhan bonek dari berbagai
elemen suporter Persebaya 1927, juga menggelar aksi keprihatinan atas
meninggalnya, Purwo Adi Utomo karena terinjak suporter yang menghindari
tembakan gas air dari polisi, dengan memasang lilin berbentuk pita dan
foto korban diletakkan di tengah lilin kemudian dilatar belakangi foto
kejadian kemarin.
"Tujuannya teman-teman bonek khususunya
masyarakat sipil, polisi benar-benar menjadi aparat seperti sologan
polisi, sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat," jelasnya.
Dalam
aksi tersebut, mereka juga menggelar teatrikal yang menggambarkan
arogansi dan tindakan aparat yang represif, hingga menimbulkan korban
jiwa.
Mereka juga menggelar spanduk yang bertuliskan diantaranya,
'Kami mengecam tindakan arogan & represif aparat', 'Jangan samakan
kami dengan buronan'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar