“Dimana kaki perpijak, disitu ku curahkan
seluruh tenagaku”. Inilah komitmen kapten Persebaya 1927, Erol FX Iba.
Sejumlah klub pernah ia bela, sebelum akhirnya hati dan tenaganya ia
curahkan ke tim kebanggaan kota Pahlawan. Meski tidak ada darah
Surabaya, tapi keinganan terbesar priaasal Jayapura Papua ini adalah
membawa Persebaya meraih juara kompetisi Indonesia Premier League (IPL)
musim ini.
JAUH dari keluarga, orangtua
di Jayapura, anak dan istri di Padang tak menghalangi Erol—sapaan
karib Erol Iba—untuk terus berkarya di lapangan hijau. Meski kangen
ingin bertemu dangan istri dan tiga buah hatinya, terpaksa ia pendam
demi mencari sesuap nasi dan rizki untuk sang keluarga tercinta. “Saya
jalani saja, ini suatu pekerjaan yang harus saya jalani.,” kata kapten
tim Persebaya ini.
Ketiga buah hatinya saat
ini tengah lucu- lucunya dan membutuhkan figur seorang ayah
disampingnya. Anak pertama yang ia beri nama Rafael Benitho Eljo Iba
berumur 7 tahun, anak kedua lahir 6 tahun silam yang bernama Viciente
Daniel Iba, sedangkan si bungsu Loenel Revand Iba masih berusia 3 tahun.
Walau ia jarang mendapingi ketiga buah hati hasil pernikahannya dengan
Lila Fitriyani, tapi ikatan batin antara anak dan orang tua begitu
melekat.
Karena terlanjur cinta dengan
sepakbola, Erol berharap tiga buah hatinya itu bisa mengikuti jejaknya
sebagai pahlawan lewat lapangan hijau. “Saya senang meski saya jarang
bersama anak tapi anak saya itu justru lebih dekat dengan saya. Itu
ikatan batin antara anak saya dan saya, kami sama kangen,” kata Erol
yang selalu menyempatkan menengok keluarganya setiap ada libur.
Meski
ia mengaku sangat miris melihat keadaan persepakbolaan di tanah air
tercinta ini dengan kekisruhan para pengurus yang membawa dampak negatif
pada kinerja tim nasional, sebagai pemain senior, Erol hanya ingin
berpesan pada diri sendiri dan rekan- rekan sesama pemain sepakbola
bahwa tetaplah berjuang, jangan ragu menjadi pemain bola, tetap percaya
suatu saat hasilnya akan didapat.
Di tengah
kegalauan hatinya soal sepakbola tanah air, ia tetap mengambil sisi
positifnya. Ia bersyukur karena hak dan kewajibannya selama ini termasuk
saat membela Bajul Ijo selalu terpenuhi. Sebab, dari bermain sepakbola
itulah ia bisa memberikan nafkah pada keluarganya. Sebagai mantan pemain
tim nasional merah putih, ia sangat berharap ada matahari yang bisa
menerangi persepakbolaan Indonesia yang sedang gelap ini.
“Kekisruhan
para petinggi sudah membawa dampak negatif pada timnas, semoga ini
cepat selesai. Tapi saya tetap bersukur karena gaji kita sebagai pemain
tidak terganggu, meski kadang- kadang terlambat,”kata pria yang masuk
islam tahun 2002 silam ini. Setelah menjadi mualaf nama "FX" pun
dihilangkan sehingga namanya menjadi "Erol Iba".
Sebelum
ia berlabuh ke Persebaya, tim- tim besar di Indonesia pernah merasakan
kulitas dari seorang Erol di antaranya Semen Padang, PSPS Pekanbaru,
Arema Malang, Persik Kediri, Pelita Jaya, dan tim tempat kelahirannya
Persipura Jayapura. Berpindah dari tim satu ke tim yang lain tidak hanya
dibutuhkan kinerja maksimal di lapangan, tapi juga harus bisa cepat
beradaptasi dengan lingkungan, dan adat tempat berbijak.
Termasuk
di tim kebanggaannya Persebaya, lanjutnya, yang penting terus kerja
keras dan sikap disiplin sebagai kunci, maka sukses akan mengikuti.
“Kita harus mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tim yang kita bela.
Saya berkomitmen akan terus mencurahkan kemampuan saya terhadap tim yang
saya. Termasuk saat ini saya membela Persebaya, keinginan terbesar saya
saat ini adalah membawa tim ini juara,” kata babak gtiga anak ini.
Dengan
kekuatan para muda yang dimiliki persebaya saat ini, ia begitu yakin
tenaga, semangat, kerjasama rekannya bisa membawa tim kebanggan bonek
ini bisa menjadi tim terbaik. “Tim ini banyak dihuni pemain muda, semoga
semangat dan tenaga kita semua bisa memenuhi target tim. Dengan rata-
rata pemain muda, ini sangat baik untuk masa depan Persebaya,” kata
suami Lila Fitritriyani.-Djamaluddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar