Awal
mula Fahmie terjun ke dunia bisnis tak lepas dari hobinya yang suka
menonton bola. Fahmie melihat perilaku penggemar olahraga permainan ‘si
kulit bundar’ itu yang senang mengoleksi kaos, pin atau pernak-pernik
lain dari tim kesayangan mereka. Dari sinilah muncul gagasan untuk
membuka usaha distro merchandise original Persebaya --yang merupakan tim
favoritnya-- empat tahun yang lalu.
Menurut
pria kelahiran Surabaya 24 tahun yang lalu ini, mendirikan usaha distro
merchandise memang harus dilakukan dengan ketekunan dan mengikuti trend
pasar.
“Walaupun
ini distro merchandise sepakbola namun desainnya tidak melulu baju
bola, harus juga menampilkan desain produk lainnya yang lebih variatif,”
ungkapnya. Selain kaos, ada juga beragam produk ‘berbau’ Persebaya
mulai dari mug, asbak, topi, syal, sepatu dan sebagainya.
Selain
ragamnya yang harus bervariasi, kunci kesuksesan mendirikan usaha
merchandise sepakbola adalah selalu meluncurkan produk baru minimal satu
bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk menghindari kejenuhan para
pelanggannya.
“Meluncurkan
produk baru ini tidak harus berupa barang baru tetapi bisa saja barang
lama namun dengan model yang berbeda. Seperti meluncurkan kaos dengan
desain yang berbeda,” kata pria yang juga memiliki usaha pakaian muslim
di PGS (Pusat Grosir Surabaya) ini.
Sementara
itu, untuk mengatasi persaingan Fauzy selalu mengedepankan kualitas
produksinya dengan memproduksi barangnya sendiri dan memberikan bandrol
yang relative terjangkau.
“Barang
saya banyak yang diproduksi sendiri, jadi hanya tersedia di sini tidak
pasaran. Sementara untuk harga relative terjangkau antara Rp 50 ribu –
Rp 120 untuk kaos dan kemeja,”paparnya.
Kini
tanpa disadari usaha yang telah digelutinya selama kurang lebih 4 tahun
ini telah berkembang pesat dan berhasil mendirikan cabang di tempat
lain. Namun, perjalanan bisnis yang dilalui Uzy panggilan akrabnya ini
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab sebelum usahanya besar
seperti sekarang ia dulu merintisnya dengan menitipkan kaos dari satu
distro ke distro yang lain. Kerja keras dan kecintaannya terhadap sepak
bolalah yang membuatnya bertahan dan meraih kesuksesan.
“Dulu
saya menitipkan kaos desain saya ke distro-distro lain. Hasil dari
titipan itulah yang kemudian saya gunakan untuk membuat distro
ini,”ungkap pria yang sehari-hari tinggal di Jl Ketintang ini.
Bagi
Fauzy, mendirikan distro merchandise bukan semata untuk mendapatkan
penghasilan tetapi juga berupaya membantu membangun citra di masyarakat
mengenai image bonek yang selama ini rusuh dan bondo nekad(baca: tidak bermodal, hanya mengandalkan semangat) berubah menjadi lebih kreatif.
“Selama
ini masyarakat cenderung menganggap kalau bonek itu anarkis, lusuh dan
tidak bermodal. Dengan dibukanya distro ini saya mau tunjukan kalau
bonek juga kreatif dan berpenghasilan” ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar