Kamis, 26 April 2012

Bonek Juga Bisa Kreatif dan Menghasilkan

Bonek hanya bondo nekad? Konotasi yang cenderung negatif itu tak berlaku bagi Fahmie Oyek. Suporter fanatik tim bola arek Suroboyo itu ingin menunjukkan bahwa tak semua bonek hanya bisa merugikan orang lain. Fahmie mencontohkan dirinya sendiri. Dengan menjadi pebisnis menchandise original Persebaya, dia ingin membuktikan pada publik sekaligus contoh bagi bonek yang lain bagaimana menunjukkan fanatisme secara positif.
Awal mula Fahmie terjun ke dunia bisnis tak lepas dari hobinya yang suka menonton bola. Fahmie melihat perilaku penggemar olahraga permainan ‘si kulit bundar’ itu yang senang mengoleksi kaos, pin atau pernak-pernik lain dari tim kesayangan mereka. Dari sinilah muncul gagasan untuk membuka usaha distro merchandise original Persebaya --yang merupakan tim favoritnya-- empat tahun yang lalu.
Menurut pria kelahiran Surabaya 24 tahun yang lalu ini, mendirikan usaha distro merchandise memang harus dilakukan dengan ketekunan dan mengikuti trend pasar.
“Walaupun ini distro merchandise sepakbola namun desainnya tidak melulu baju bola, harus juga menampilkan desain produk lainnya yang lebih variatif,” ungkapnya. Selain kaos, ada juga beragam produk ‘berbau’ Persebaya mulai dari mug, asbak, topi, syal, sepatu dan sebagainya.
Selain ragamnya yang harus bervariasi, kunci kesuksesan mendirikan usaha merchandise sepakbola adalah selalu meluncurkan produk baru minimal satu bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk menghindari kejenuhan para pelanggannya.
“Meluncurkan produk baru ini tidak harus berupa barang baru tetapi bisa saja barang lama namun dengan model yang berbeda. Seperti meluncurkan kaos dengan desain yang berbeda,” kata pria yang juga memiliki usaha pakaian muslim di PGS (Pusat Grosir Surabaya) ini.
Sementara itu, untuk mengatasi persaingan Fauzy selalu mengedepankan kualitas produksinya dengan memproduksi barangnya sendiri dan memberikan bandrol yang relative terjangkau.
“Barang saya banyak yang diproduksi sendiri, jadi hanya tersedia di sini tidak pasaran. Sementara untuk harga relative terjangkau antara Rp 50 ribu – Rp 120 untuk kaos dan kemeja,”paparnya.
Kini tanpa disadari usaha yang telah digelutinya selama kurang lebih 4 tahun ini telah berkembang pesat dan berhasil mendirikan cabang di tempat lain. Namun, perjalanan bisnis yang dilalui Uzy panggilan akrabnya ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab sebelum usahanya besar seperti sekarang ia dulu merintisnya dengan menitipkan kaos dari satu distro ke distro yang lain. Kerja keras dan kecintaannya terhadap sepak bolalah yang membuatnya bertahan dan meraih kesuksesan.
“Dulu saya menitipkan kaos desain saya ke distro-distro lain. Hasil dari titipan itulah yang kemudian saya gunakan untuk membuat distro ini,”ungkap pria yang sehari-hari tinggal di Jl Ketintang ini.
Bagi Fauzy, mendirikan distro merchandise bukan semata untuk mendapatkan penghasilan tetapi juga berupaya membantu membangun citra di masyarakat mengenai image bonek yang selama ini rusuh dan bondo nekad(baca: tidak bermodal, hanya mengandalkan semangat) berubah menjadi lebih kreatif.
“Selama ini masyarakat cenderung menganggap kalau bonek itu anarkis, lusuh dan tidak bermodal. Dengan dibukanya distro ini saya mau tunjukan kalau bonek juga kreatif dan berpenghasilan” ungkapnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar