Kesabaran Persebaya Surabaya mencapai titik didihnya. Setelah
berkali-kali menuai kekecewaan terhadap kinerja wasit di kancah
Indonesia Premier League (IPL), Green Force memutuskan siap mogok
bermain jika PSSI dan LPIS tak membenahi korps pengadil lapangan.
Langkah tersebut merupakan akumulasi kekesalan Persebaya terhadap
regulator liga dan induk organisasi sepak bola tanah air. Meski belum
mengirimkan surat resmi kepada PSSI dan LPIS tentang hal tersebut,
Persebaya sudah secara lisan menyatakan sikap protesnya.
Nah, CEO Persebaya I Gede Widiade menegaskan langkah mundur dari
kompetisi IPL ditentukan saat Persebaya bertemu PSM Makassar Sabtu
(28/4) mendatang di Stadion Gelora Andi Mattalatta. "Kalau kualitas
wasit masih jelek. Saya dan seluruh tim sepakat mundur dari pertandingan
tersebut," kata Gede kemarin (23/4). Walau masih berupa ancaman, namun
pengusaha asal Surabaya itu tak segan-segan untuk merealisasikan
ucapannya tersebut. Kalaupun bakal menuai sanksi atas langkah mundur
tersebut, Gede menegaskan dirinya sebagai CEO Persebaya bersedia
menanggung.
"Apapun hukumannya, pemotongan tiga poin atau denda uang, kita siap,"
tegas Gede lagi. Gede berpendapat sikap mogok itu merupakan langkah
terakhir karena protes-protes selama Persebaya tak pernah didengar. LPIS
dan PSSI terkesan budheg dengan mengabaikan ungkapan kekecewaan
Persebaya. "Percuma jika semua diminta untuk memperbaiki diri termasuk
klub agar profesional, tapi dari sisi wasit tidak pernah ada perbaikan
serius. Selama ini kita sudah lelah melakukan protes tapi tidak pernah
didengarkan. Jadi mogok tanding sekalian saja agar kami didengar dan
PSSI mau meningkatkan kualitas wasit," ucap Gede.
Dalam pandangan Gede, wacana PSSI menggunakan wasit asing di kompetisi
IPL sudah saatnya direalisasikan. Memang penggunaan wasit asing tak
menjamin laga lancar dan minim protes klub. Namun setidaknya, netralitas
wasit asing bisa menjadi garansi kepuasan klub IPL. Seandainya
Persebaya jadi mogok saat lawan PSM Makasar, LPIS bakal kehilangan klub
pendukung utamanya. Jujur diakui, saat ini hanya Persebaya yang mampu
menyedot ribuan penonton setiap kali pertandingannya. Tak salah rasanya
jika dikatakan Persebaya adalah salah satu tiang utama penyangga IPL
tetap bergulir.
Selain itu, sikap plin plan LPIS juga mendapat sorotan tajam. Misalnya
saja soal beda informasi dari situs resmi IPL premierleague.co.id.
dengan match report pengawas pertandingan. Kasus paling gres tentunya
absennya Mario Karlovic dalam laga lawan Persema Minggu (22/4) lalu.
"Kita juga bingung. Mana yang dijadikan patokan. Apakah situs resmi atau
nota larangan bermain. Kasus Karlovic berubah dua kali dalam 24 jam.
Dalam nota larangan pertama hanya Soler (Fernando Soler, red.) yang
absen. Malam hari sebelum laga lawan Persema, turun lagi nota yang baru
dan menyatakan Karlovic gak bisa main," sebut Gede.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar